Rabu, 23 Mei 2012

cerpen: Surat untuk Ibu




Berbicara tentang cinta, mungkin tak akan ada habisnya. Begitu pula dengan makna cinta, tak ada kata yang sempurna untuk menjabarkannya. Cinta bersemayam di segala penjuru semesta, kekal abadi. Lalu, jika kau bertanya tentang siapa insan yang paling kucintai? Maka jawabanku adalah…
Ibuku…
Dialah lentera hidupku, dialah cinta matiku, dialah pelita hatiku.
Ibu, sosok seorang perempuan yang telah mempertaruhkan nyawanya demi melahirkan aku ke dunia. Dialah yang merawatku, membesarkanku dan mengajarkan aku tentang arti kehidupan yang sesungguhnya. Dia amat menyayangiku, begitu pula diriku. Bagaimana mungkin aku tak menyayanginya, selama ini ibu telah merangkap peran, selain sebagai seorang ibu, dia juga seorang bapak bagiku. Karena sejak enam tahun yang lalu bapak telah kembali ke pangkuan Yang Maha Kuasa. Sejak itu pula aku tak ingin kehilangannya.
Selama ini ibu yang menguatkan aku disaat aku mulai putus asa, menegarkan aku saat aku merasa tak menemukan jalan keluar. Dia selalu mendukungku untuk terus berusaha meraih impianku, memberiku kebebasan melakukan yang kumau, untuk kebaikanku.
Tak selamanya langit biru. Ada kalanya mendung berawan. Begitu pula hubunganku dengan ibu. Tak jarang kami berbeda pendapat. Seperti sekarang, ketika kami sedang bersantai di ruang tamu.
“ Ibu tidak setuju kalau kamu melanjutkan sekolah di Yogya,” itulah penolakan ibu atas keinginanku. Sejenak aku terdiam, seakan tak percaya dengan perkataan ibu.
“ Tapi Voni ingin kuliah disana bu,” jawabku dengan nada rendah.
“ Kamu bisa kuliah di Surabaya,” ibu tetap menolak. Aku terhenyak.
“ Tapi kenapa ibu melarang Voni kuliah disana?” aku masih belum terima. Hening.
“ Voni, ibu rasa kamu mengerti mengapa ibu melarang kamu kuliah disana,” hanya itu jawaban ibu. Menyadari aku akan bicara, ibu angkat suara lagi. “ Pokoknya, ibu tidak mengijinkan kamu dan tidak usah membantah.”
Skak! Langkahku seakan tlah terhenti. Jiwaku serasa bergejolak. Tak mampu kutahan air mataku lebih lama. Kutinggalkan ibu di ruang tamu dengan keputusannya.
Kubanting pintu kamar dan melesat ke tempat tidur. Kutenggelamkan wajahku ke dalam bantal. Menangis. Hatiku sakit menjerit. Masih bertanya-tanya tentang alasan ibu. Baru kali ini ibu menolak permintaanku. Apalagi ini adalah keinginan terbesar dalam hidupku.
Rencananya, setelah lulus SMA aku ingin kuliah di Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Karena aku ingin mengambil jurusan sastra Jepang disana. Sebetulnya aku bisa mengambil jurusan yang sama di Universitas yang ada di Surabaya. Tapi entahlah, sejak SMP kota Yogyakarta menjadi pilihanku untuk menyambung cita-citaku. Tapi rasanya segala impian itu telah pupus dengan semua ini. Aku benar-benar kecewa.
Tok! Tok! Tok!
Terdengar ketukan pintu. Pasti ibu. Aku diam saja tak menghiraukannya. Dibukanya pintu kamarku dan duduk disampingku.
“ Voni, ibu tahu kamu belum tidur,” dibelainya rambutku dengan lembut,   “ Voni anakku, ibu tak bermaksud melarangmu kuliah di Yogya. Tapi yang ibu pikirkan, kalau Voni kuliah disana lalu siapa yang akan menemani ibu disini? Voni tega meninggalkan ibu sendiri?” Aku bergeming. Kurasakan tangan ibu sedikit bergetar. “ Maafkan ibu nak.” Tambah ibu kemudian menciumku dan pergi diiringi sedu sedan.
Ibu menangis.
Oh tidak! Aku telah membuat ibu menangis. Rasa bersalah langsung menyergapku. Tangisanku semakin meledak. Hatiku makin tersayat.
“Lihat Voni! Sekarang ibu menangis karena ulahmu!” makiku dalam hati pada diriku sendiri. Air mataku terus mengalir tak hentinya. “ Bukankah kau sendiri yang bilang, tak ingin membuat ibu bersedih apalagi menangis?!” tuk kali kedua kurutuk diriku.
Sepanjang malam aku menangis hingga sang bulan mengantarku pada tidur lelap.
**
Hari ini libur sekolah. Seharian aku mendekam di kamar. Bukannya aku masih marah tentang peristiwa tadi malam. Tapi aku hanya tak ingin ibu melihat mataku yang bengkak karena menangis semalam.
Kuhabiskan waktuku untuk membereskan kamar yang layaknya kapal pecah. Kurapikan dari sudut satu ke sudut yang lain. Tepat dibawah meja belajar aku menemukan dua buah kotak yang telah berdebu. Aku penasaran dengan isinya, karena aku sendiri lupa.
Kotak pertama berisi kumpulan sketsa yang iseng kugambar dan beberapa buku corat-coret. Kotak kedua isinya lebih menarik. Sebuah album foto dan buku diary yang penuh dengan goresan penaku.
Jari-jariku tergerak untuk membuka lembar demi lembar dan membacanya.
28 Oktober 2009
Selamat hari sumpah pemuda!!!
Sebagai generasi penerus bangsa, aku berharap bisa menjadi warga negara yang berguna bagi nusa, bangsa, negara dan agamaku. Amin…(siapa tahu bisa jadi presiden Indonesia! hehehe….gak mau ah, nanti cepet tua karena kebanyakan mikir masalah pemerintahan dan rakyat yang tidak terselesaikan!)
Wkwkwk….bercanda!
PEACE ^_^

04 November 2009
Today is beautiful and fun!
Kenapa? Karena hari ini ada acara classmeeting di sekolah. Dan kelasku yang jadi juara umumnya! Horeee ^_^
Momen seperti inilah kekompakan dan kebersamaan teman-teman sekelas sangat terasa dan mengesankan.
            SPIRIT!!!

            10 November 2009
            Hari pahlawan!
            “ Rawe-rawe rantas, malang-malang putung!!”
itulah seruan para arek-arek suroboyo ketika berjuang melawan penjajah.
            Hemm….
Untuk pahlawanku yang telah gugur membela bangsa Indonesia tercinta,
            Jasa kalian terpatri dalam hati,
            Kudoakan kalian tenang disisiNya,  
Semoga kami anak-anak Indonesia dapat meneruskan perjuangan kalian.
            Hidup Indonesia!!!

            21 November 2009
duuh…cuaca hari ini panas, rasanya seperti dipanggang dalam oven….haha lebai…memang akhir-akhir ini aku nonton di TV kalau pemanasan bumi yang beken dengan nama global warming itu sedang parah-parahnya. Makanya cuacanya gak karuan…sekarang hujan besok panas…kapan ya buminya sembuh?!^_^
            Go Green!!!

            01 Desember 2009
Diary, hari ini adalah hari HIV/AIDS sedunia. Ternyata, yang terjangkit virus berbahaya ini sudah banyak lo, dan rata-rata mereka adalah remaja yang terjatuh dalam pergaulan bebas…
Aku berdoa agar selalu dilindungi dan dijauhkan dari hal-hal  seperti itu…amin…

            17 Desember 2009
diary, aku baru saja datang beli hadiah untuk hari ibu tanggal 22 besok. Tahu gak apa hadiahnya? Yaitu buku! Judulnya “ menjadi wanita paling bahagia”…Insya Allah bukunya bagus, dan semoga ibu suka ya…

            22 Desember 2009
            hari ibu! Hari ibu!
Ibu seneng lo dapat bingkisan dari aku. Kata ibu bukunya bagus. Alhamdulillah…gak sia-sia aku menyisihkan uang jajanku selama dua bulan…hehehe!

Aku berhenti membaca. Sebentar, ini adalah diaryku setahun yang lalu. Oh iya! Kalau sekarang tanggal 19 bulan desember maka…empat hari lagi hari ibu!
            Tiap tahun aku mencoba untuk tak melewatkan hari spesial bagi para ibu. Aku berpikir keras, kira-kira tahun ini aku ingin memberi apa ya?
**
            Aku ditemani Mely sahabatku, membeli sebuah kerudung yang akan kujadikan sebagai hadiah untuk ibu. Waktu itu aku ingat kalau ibu pernah bilang bahwa dia menginginkan sebuah kerudung baru. Jadi, aku memutuskan untuk memberinya kerudung saja. Syukurlah, tak sulit mendapatkan kerudung yang sesuai dengan kesukaan ibu. Sebuah kerudung biru dengan bordiran manis di bagian depannya menjadi pilihanku. Harganya juga tak terlalu mahal.
            Sampai di rumah, aku langsung membungkus kerudung tersebut dengan kertas kado berwarna biru muda. Satu lagi, aku juga ingin menulis sebuah surat untuk ibu.
            Untuk ibuku tercinta,
            Ya Allah, rengkuhlah insan yang membaca surat ini dalam lindunganMu. Jauhkan ia dari nerakaMu, bimbinglah ia menuju indahnya surgaMu. Mudahkanlah ia tuk raih anugrahMu dan muliakanlah ia dengan cahayaMu. Karena ia adalah seorang manusia yang sangat berarti bagiku, karena ia adalah manusia yang paling kucinta…
            Dia…ibuku…
            Usiamu tak semuda dulu, saat pertama kali kau melahirkan seorang bayi mungil yang kau beri nama Evodie Karenina. Mungkin ragamu tak sekuat dulu, ketika harus terbangun dimalam hari karena tangisanku dan menimangku dalan hangatnya dekapanmu hingga aku tidur pulas.
            Ibu, aku sangat berterima kasih padanu. Tak terhingga. Tak dapat dihitung. Selama ini kau telah membuktikan bahwa kau mampu untuk melindungiku, membesarkanku walau hanya seorang diri. Bagiku kau sangat hebat! Menurutku kau bisa  menjadi seorang ibu sekaligus seorang bapak. Hatimu begitu lembut namun sikapmu tegas. Kau usir semua ketakutan yang menyelimutiku. Saat berada disisimu selalu terasa nyaman dan damai. Kesabaran, ketabahan dan keikhlasanmu melalui kerikil-kerikilNya membuatku semakin mengagumimu. Segala pengorbanan yang kau lakukan tak akan mampu aku membalasnya. Aku hanya bisa berusaha tuk slalu membuatmu tersenyum bahagia.
            Ibu, maafkan aku...karena belum bisa membuatmu bahagia seutuhnya, lahir dan batin. Aku justru selalu membuatmu bersedih hati. Setiap hari tak hentinya kumenambah bebanmu. Begitu banyak luka yang kusayat dalam kalbumu. Tiap malam kau sering menetesk`n air mata karena memikirkan aku. Kau juga terdiam ketika menahan amarah. Aku harap kau mau memaafkan mutiara hitammu ini.
            Ketahuilah ibu, kau satu-satunya alasan mengapa aku masih bisa berdiri. Hanya karena kau saat ini aku masih mampu menghadapi kejamnya dunia. Aku rampak, namun kucoba tuk bertahan demi kau. Aku tak bisa membayangkan jika harus kehilanganmu. Kau satu-satunya milikku di dunia fana ini. Kau hartaku yang paling berharga.
            Ibu
            Kau belahan jiwaku, separuh nyawaku
            Hidupmu, hidupku
            Matimu, matiku
            Kau kekasihku sepanjang masa
            Takkan ada yang mampu mengambil cintaku padamu
            Ibu
            Aku mencintaimu
            Kemarin, hari ini, esok, selamanya…

            SELAMAT HARI IBU

Buah hatimu yang tersayang,
                                                                     VONI
           
            Selesai. Kulihat jam dinding telah menunjukkan pukul 22.00 WIB. Aku yakin ibu telah tidur. Kubawa kado dan surat untuk ibu ke kamarnya. Kubuka pintu kamarnya pelan-pelan dan kuletakkan dua benda tersebut diatas meja yang terletak disamping tempat tidurnya.
            Semoga mimpi indah bu…
**
            Esoknya usai shalat subuh aku menuju ke kamar ibu. Pintunya terbuka. Rupanya ibu sedang membaca surat dariku. Aku hanya membisu memandangnya. Tak lama ibu segera menyadari kehadiranku, dan langsung tersungging sebuah senyuman yang tak terlupakan. Aku segera lari ke dalam pelukannya. Kami menangis. Bukan karena kesedihan, tapi karena haru dan bahagia yang sedang menaungi kami. Terima kasih Tuhan….bisikku dalam hati.

SELESAI

 nb: cerpen ini ditulis waktu aku masih kelas 2 SMA, 2 tahun yang lalu, saat hari ibu ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

dengan memberikan komentar,maka anda telah mengapresiasi karya saya =D
arigatou^^