Jumat, 16 Maret 2012

Manusia Minim Kata(end)


“Same?”

Same hanya tersenyum padaku.

“apa yang kau lakukan disini? Tengah malam begini?” aku tak peduli dengan senyumnya selebar apapun itu.

Dasar manusia satu ini. Begitu sulitkah menggerakkan mulut untuk bicara satu kata saja.

“Clara? Kau belum tidur?” tiba-tiba ayah muncul.

“Same,rupanya kau telah datang. Masuklah.” Ayah kembali ke ruang kerjanya.

“jadi ayah yang mengundangnya kemari?” ayah tak memerdulikan pertanyaanku.

Same mengikuti ayah. Ia hanya melempar senyumnya padaku dan mata teduh itu. Shit! Aku kembali ke kamarku. Sebentar, lalu suara apa yang kudengar tadi? Aku berbalik arah menuju ruang kerja paman. Pintu ruang kerja paman terbuka.

“paman?”

Paman tertidur diatas meja kerjanya. Tapi ada yang aneh. Kuhampiri dan kucoba membangunkannya. Kugerakkan sedikit badannya. Biasanya digerakkan sedikit paman langsung terbangun.

“paman..paman!”

“ada apa?aa..ee? Clara? ada apa?”

“huft! Kupikir paman mati. Tadi aku mendengar suara gaduh dari ruangan ini, makanya aku kemari”

“gaduh apa? Oh…iya, tadi paman berusaha mengangkat barang-barang itu, tapi ternyata tidak kuat, hahaha” paman menunjuk pada sebuah kotak yang diletakkan disamping meja kerjanya. Besar, dan memang terlihat berat. Kuamati kotak itu.

“paman, apa ini?”

“itu amunisi untuk RYL-002. Kemarin sore temanku mengirimnya dari Kanada. Kau pasti tak sabar untuk menggunakan amunisi-amunisi itu.”

Besar sekali kotak ini, pasti ada lebih dari seratus amunisi didalamnya. Gairahku untuk menghabisi pembunuh mama dan Bill datang kembali. Aku melihatnya seperti sebuah harta karun yang akan membuatku merasa bahagia.

Pagi ini ayah memanggilku ke ruang kerjanya. Ayah sedang menikmati kopi hitamnya saat aku tiba diruangannya. Kantong matanya menghitam. Sudah berapa hari ayah tak tidur? Pikirku.

“Clara, bersiaplah untuk dua bulan kedepan.” Hanxa itu yang dikatakannya.

“dua minggu? Baik. Aku mengerti.”

“satu lagi Clara, kau harus bisa akrab dengan Same. Dia akan menjadi partnermu nantinya. Tak ada protes. Kau boleh keluar.”

Semua kata-kata yang siap keluar terpaksa kutelan kembali. Saat begini, artinya ayah tak mau diganggu, bahkan olehku. Tapi, keputusannya untuk menjadikan Same sebagai partnerku, itu sungguh keputusan yang menyebalkan. Bagaimana bisa aku bekerjasama dengan makhluk seperti Same? Bisa-bisa aku menjadi bisu. Huh! Kubanting pintu sebagai bentuk protesku.

“Same?”

Ternyata ada Same disini. Tepatnya didepanku kini.

“mohon kerjasamanya” hanya itu yang diucapkannya, selalu dengan senyum misterius dan mata teduh itu. Shit!

Aku tak menggubrisnya, aku langsung pergi ke tempat latihan menembak. Badmood ku benar-benar ingin meledak.

Hari itu latihanku lebih lama dari biasanya. Aku harus menyiapkan diriku sebaik mungkin. Aku benar-benar ingin membunuh orang-orang itu. Siapapun mereka. Aku benar-benar tak peduli. Seandainya orang-orang itu adalah orang-orang yang kukasihi selama ini, aku tak peduli. Aku harus menghabisi mereka.

Plok! Plok! Plok!

Kubalikkan badankku, lagi-lagi Same yang ada dihadapanku. Lagi-lagi dengan senyum itu. Astaga! Kenapa tiba-tiba perasaanku menghangat? Kupukul-pukul dadaku untuk menenangkan diriku sendiri.

“kau mengalami kemajuan yang pesat, Clara.”

Aku diam saja. aku ingin tahu seberapa banyak kata yang akan diucapkannya hari ini.

“nanti malam, jam tujuh kujemput kau.”

Aku tersedak. Maksudnya? Aku ingin menanyakannya, tapi malas, lagipula Same langsung pergi. Ah, kenapa sekarang jantungku ikut-ikutan berdentum keras. Apa ini? Apa aku terpengaruh dengan perkataan paman yang mengatakan bahwa Same mencintaiku. Huh! Tidak! Tapi jantungku semakin cepat detaknya. Dan aku tak sabar menanti jam tujuh malam. Sial.


Same mengajakku ke sebuah tempat yang belum pernah kudatangi sebelumnya. Puncak bukit yang terletak sekitar 10km dari rumah. Udara malam begitu menusuk. Sepanjang perjalanan aku tak berkata sepatahpun. Aku berniat tak mengatakan apa-apa, sampai Same bicara terlebih dahulu.

“aku tahu kau suka memandang bintang saat malam hari bersama kakakmu. Makanya aku mengajakmu kesini. Kau belum pernah kemari bukan?”

Sebelum Same bicara aku telah terpaku dengan bentangan langit malam ini. Aku terpaku. Tiba-tiba ada yang menyesak didada. Yah, biasanya aku bersama Bill memandang bintang di loteng rumah. Tapi sejak Bill dibunuh, aku tak pernah melakukan kebiasaan itu lagi.

Bulir air mata mulai menetes.

“apa aku membuatmu sedih?” kata Same, dan dia mengusap air mata dipipiku.

Aku bergeming. Tak tahan menahan tangisku. Same mendekapku. Tangisku mengeras. 
Malam itu, walau tanpa kata, aku mengerti, Same memang mencintaiku. Dan aku mencoba untuk menerimanya. Dan malam itu juga, aku mendapat kabar tentang kematian paman.


Kabut duka menyelimuti keluargaku pagi ini. Seperti yang telah kukatakan, semalam paman meninggal. Keracunan. Dan polisi sedang menyelidiki kasus ini. Paman adalah korban ketiga. Dadaku semakin sesak. Satu-persatu orang-orang busuk itu mulai menghabisi keluargaku. Yang ada dalam pikiranku saat ini, kenapa mereka membunuh paman? Seharusnya mereka membunuhku atau ayah. Bukan paman.
Setelah acara pemakaman selesai, aku, ayah dan Same segera membicarakan masalah ini. Duka begitu melekat. Aku langsung teringat pada senjata buatan paman, RYL-002. Yah, mereka pasti tahu tentang senjata itu, maka dari itu mereka membunuh paman.
“ayah..”
“aku tahu apa yang kau pikirkan Clara. Sepertinya mereka mengetahui tentang senjata itu. Untung saja, senjata yang ad` di ruang kerjanya hanyalah barang palsu, pamanmu telah menduga hal seperti ini akan terjadi. Tenanglah, senjata itu ayah yang menyimpannya dan hanya ayah yang tahu dimana senhata itu berada. Same, kau harus menjaga Clara, saat ini target mereka tinggal aku dan Clara. Aku percaya padamu Same.”
Same hanya membungkuk tanda setuju.
“ayah, aku bisa menjaga diriku sendiri. Aku rasa ayah lebih membutuhkan pengawalan. Biarkan Same bersamamu.”
Ayah hanya memandangku, tatapan matanya mengatakan tidak.

“pergilah Same. Kau tak harus menjagaku 24 jam. Aku bukan anak kecil lagi.”
Same tak menggubrisku. Berulang kali aku mengusirnya, tapi dia tetap disisiku. Entah apa yang membuatnya menuruti perintah ayah. Benarkah dia mencintaiku? Huh! Aku lebih tertarik latihan untuk belajar bagaimana cara menghabisi mereka, para musuh yang masih berkeliaran daripada memikirkan tentang perasaan antara aku dan Same.
Kejadian-kejadian aneh mulai sering terjadi. Ancaman semakin gencar. Aku mulai merasakan orang-orang yang kerap kali mengikutiku. Tapi mereka belum berani menyerangku. Sampai pada malam ini.
“Clara, kau pasti tak sabar menanti saat ini. Ambillah,”
Ayah menyerahkan senjata RYL-002 padaku. Kuambil senjata itu.
“kau tak boleh bersamaku. Kita harus berpencar. Bagaimanapun juga, kau harus bertahan hidup. Gunakan kekuatan ini degan sebaiknya. Baca mantranya saat kau menyentuh lawanmu. Sekali saja.” Ayah menggenggam tanganku, mentransferkan kekuatan yang diberikan secara turun-temurun.
Dor!!!Praaang!!!
Terdengar suara tembakan dan kaca pecah dari ruang depan. Disusul bunyi gaduh. Mereka berhasil masuk ke rumah.
“pergilah!”
Aku bergegas pergi, tepat ketika pintu ruang kerja ayah dibuka secara paksa. Mereka belum sampai ke loteng. Same tak ada. Dimana dia? Aku segera menyusuri dinding untuk turun. Suara tembakan terdengar bertubi-tubi. Aku berlari menuju gedung yang menurut ayah gedung itu adalah markas mereka.
Sepi. Tak ada penjaga. Tak mungkin mereka semua menyerang ayah. Masih ada aku yang harus mereka bunuh. Tanpa berpikir panjang, aku masuk. Tak ada siapa-siapa kecuali,
“Same?!”
Same berbalik.senyum misterius itu terpasang diwajahnya.  Mata teduh itu berubah. Shit!
“oh! Jadi kau salah satu dari mereka? Brengsek!”
Same berjalan ke arahku. Begitu tenang seperti biasa.
“simpan senjatamu. Kau tak perlu menggunakannya Clara.”
“kau takut?!”
“ikutlah denganku, maka kau tak perlu mati. Kita tahu ada cinta yang tersembunyi antara kita.”
“persetan dengan cinta!!” Kutampar wajah lelaki itu begitu keras. Darah mengalir dari sudut bibirnya.
“lebih baik aku hidup sendiri daripada hidup bersama orang busuk sepertimu!”
“tamparan yang manis. Tapi kau tak tahu siapa sebenarnya yang busuk antara aku dan ayahmu, anak kecil.” Same menarik rambutku dan mendorongku ke dinding dengan keras.
Mata sinisnya tajam menusuk memandangku. Benar dugaanku, setenang apapun seseorang, pasti ada jiwa monster dalam tubuhnya.
“kau yang busuk. Berusaha menyuap ayah untuk membeli sebuah kebenaran. Sayangnya, ayahku bukan orang jahat seperti kau.”
“anak kecil! Apa yang kau tahu tentang kebenaran?!” ditariknya kerah bajuku
“dengar, seandainya ayahmu mau menerima uang dariku, maka ibuku tak perlu dihukum mati. Tapi ayahmu menolak, maka ayahmu harus mati. Begitu pula ibumu dan Bill. Ditambah kau yang telah ikut campur terlalu jauh. Dan kau tahu? Aku telah berhasil membawa ayahmu kemari!”
Pintu dibelakangku terbuka. Ada tiga orang yang masuk. Salah seorang diantaranya membawa ayahku. Ada luka tembak dibahunya. Darah mengucur.
“brengsek!” bogemanku mendarat diwajah Same. Dia jatuh tersungkur. Salah seorang anak buahnya segera mengamankanku. Amarahku tiba dipuncaknya.
Same berdiri mendekati ayah yang mulai tak sadarkan diri.  Sial. Aku harus bisa melepaskan diri. Same makin dekat. Dikeluarkannya pistol miliknya. Tidak!
Kuputar tanganku dan berhasil membanting laki-laki yang mengekangku. Same segera merebut ayah, dua anak buahnya yang lain maju berusaha menangkapku. Tanpa basa-basi dua peluru menembus kedua lelaki bertubuh besar itu. Darah menggenang diruangan ini. Same mengarahkan pistolnya tepat dibagian kepala ayah.
“huh! Percuma, sebentar lagi ayahku pasti mati. Jadi kau tak perlu bersusah payah menembaknya.”
Benar perkataanku, saat Same mengendurkan tangannya, tubuh ayah jatuh ke lantai. Hatiku menjerit. Senyum mengembang dibibir Same.
“hahahahaha”
Tawa same menggema. Bodoh! Aku segera menerjang Same yang lengah. Kurebut pistolnya dan kubuang. Kudorong tubuhnya ke dinding dan kucekik lehernya. Tawanya berubah menjadi erangan kesakitan. Matanya membelalak padaku. Berusaha melepaskan jari-jariku yang begitu kuat mncengkram lehernya.
“aku memang pernah mencintaimu. Tapi aku mencintai Same yang dulu, bukan kau. roi i mi nerth i godi'r enaid nad yw'n werth ei fyw*
Mantra kubaca. Ada aura kuat yang mengalir dan berkumpul ditanganku, lalu ke jari-jariku yang mencengkram leher Same. Beberapa detik kemudian, Same mati. Kulepaskan cengkramanku. Kuambil dan kuangkat jasad ayah.
“bye Same.”
Langit menghitam. Hujan lebat turun.

-end-

 *berikan kekuatanmu padaku untuk mencabut jiwa yang tak pantas hidup.

3 komentar:

  1. “Clara, bersiaplah untuk dua bulan kedepan.” Hanxa itu yang dikatakannya.

    “dua minggu? Baik. Aku mengerti.”

    dua bulan apa dua minggu nih yg bener???
    btw, mantra e bahasa apa??
    keyen mantra e...
    XD
    ada pilihan kata xg rada ga cocok sih..
    kaya "bogem" tu kaya e lebih cocok an "tinju"..
    tapi bagus kok!
    tapi..
    kurang panjaaaaaaaaaaaaannngg!!!
    konflik e jadi kurang brasa HOT..
    aku kan suka e yg panas2..
    XP
    lain kali bikin lagi sih...
    truz tag lagi..
    okok?
    XD

    BalasHapus
  2. hahaha...
    iya,aku kurang teliti nih :(
    itu bahasa wales,nyari di google se
    XD
    makasih ya komennya juli sayoooooong
    kapan2 nyoba lagi deh
    XD

    BalasHapus
  3. TI: TIGERIA TIGERIA | Titanium Arts
    TIGERIA TIGERIA. titanium bolt A product from TIGERIA TIGERIA TIGERIA TIGERIA, TIGERIA TIGERIA, titanium glasses frames TIGERIA TIGERIA aftershokz titanium TIGERIA TIGERIA TIGERIA TIGERIA. Description. Tagged titanium armor with TIGERIA TIGERIA TIGERIA. ford fusion titanium UPC: 13100305516000.

    BalasHapus

dengan memberikan komentar,maka anda telah mengapresiasi karya saya =D
arigatou^^